Tuesday, January 29, 2019

Sepotong Cerita Indah

Pernah satu hari...
Melihat Dia berjalan diantara lorong-lorong ruangan lantai 3 itu
Dari kejauhan terlihat postur tubuhnya serta sayup-sayup wajahnya
Hingga sampai menuruni tiap anak tangga itu.
Bisa ku kenali dia dari cara berjalannya dan wajahnya yang sayup terlihat bagiku
Hari itu dia baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai seorang pengajar.
Tidak tahu apa yang ada didalam isi kepala nya itu
Mungkinkan dia sedang bahagia? bersedih? aku tak pernah bertanya.
Sejak saat itu, lorong itu menjadi sebuah kenangan terindah bagiku untuk kembali mengingat nya

Pada satu hari lainnya...
Kantin yang ada di tempat kami bekerja juga menyisipkan kenangan manisnya
Tempat itu menjadi saksi bahkan menjadi titik tempat pertemuan kami untuk sekadar makan siang bersama
Dia menyukai posisi duduk yang mengarah ke jalan
Tidak secara langsung dia mengatakan bahwa posisi itu dia sukai karena bisa memperhatikan orang-orang yang lalu lalang
Aku bisa mengetahui bagaimana cara dia makan menggunakan sendok, dan aku berfikir dia mungking tidak bisa makan dengan tangan (tanpa sendok)
Dia sering mengkonsumsi ayam, tak pernah kulihat dia mengganti menu lain
Dia suka kepedasan saat makan, yang menurut aku tingkat kepedasan nya tidak tinggi, dan dia langsung berkeringat.
Ah... rasanya ingin kembali di waktu itu, meskipun kita hanya sekadar teman makan siang, tanpa ada rasa suka satu sama lain

Ada satu bulan atau beberapa minggu
Dia aku jadikan sebagai tong sampah ku.
Dia selalu kebanjiran makanan dari ku, setiap ada makanan yang sangat berlebih dan tidak bisa ku  makan
Dia selalu menerima makanan itu
Aku senang dia bisa meninkmati setiap makanan yang aku berikan, meskipun ku akui aku suka sama dia dan ingin selalu memberikan apapun untuk nya

Tapi semua sudah berubah...
Cerita indah ini hanya bisa menjadi kenangan indah
Indah pada waktu yang indah

Indah...karena aku pernah merasakan bahagia bersama nya
Indah...karena dia pernah menjadi pilihan hatiku
Indah...karena Allah sayang kepada ku


Friday, January 4, 2019

24 Nov 2018

24 Nov 2018
Tidak aku sangka sama sekali
Itulah hari terakhir aku melihat dia untuk waktu yang sangat lama.
Dihari itu aku memendam rasa kecewa, merasa tidak diacuhkan, dan tidak diharapkan sama sekali.

Hari itu, kami berada diruangan yang sama, posisi duduk yang lumayan berjarak.
Dia lelaki yang tidak punya perasaan sama sekali. Aku yakin dan percaya dia bahkan tidak pernah merasa bersalah terhadapku.

Hari itu diawali dengan sarapan pagi bersama, ku hanya berani curi pandang sesekali dengan dia.
Kemudian selanjutnya ku dapati kesempatan untuk melihat dia untuk waktu yang sangat lama.
Ku perhatikan lagi paras wajahnya, berbeda dari paras wajah pertama kali aku melihatnya yang sempat membuat ku menjatuhkan hatiku pada nya.
Aura positif diwajahnya berubah menjadi aura negatif. Dia sangat berbeda sekali saat itu.

Pukul 12 siang mengakhiri durasi waktu untuk ku menatap dia.
Kami bersama lagi saat makan siang.
Sembari aku menyantap makanan, aku masih berfikir apakah dia merasakan kehadiranku diruangan itu? Apa isi kepalanya saat itu? Aku tidak bisa menebak.
Rasa kecewaku kembali lagi terhadapnya. Selesai makan, aku sesegera mungkin keluar dari ruangan itu.

Kemudian hingga hari ini aku tidak pernah bertemu dia lagi baik secara sengaja/tidak sengaja.

Itulah terakhir kali nya aku melihat dia.
Lelaki yang pernah mengisi relung hatiku.
Lelaki yang pernah menghabiskan 2 jam untuk menonton dibioskop bersama.
Lelaki yang berhasil aku paksa untuk bertemu dan mengobrol selama 3 jam di KFC sampai maghrib menghentikan percakapan kami.
Lelaki yang pernah menemani ku hanya sekadar untuk makan siang bersama dikantin kampus.
Lelaki yang menolak cintaku
Lelaki yang pernah membuat aku merasa jatuh cinta lagi
Lelaki yang mengecewakan aku
Lelaki yang tidak memiliki perasaan terhadapku dan tak ingin aku berharap padanya.

Lelaki ini bukanlah jodohku.

Butuh 1 menit untuk menyukai mu
Butuh 1 menit untuk membenci mu
Butuh seumur hidupku agar bisa melupakanmu.